Membiasakan Siswa Gemar Membaca dan Menulis

Muhammad Irfan Ilmy
3 min readNov 3, 2021

--

Perihal membaca, semua orang sepakat bahwa aktivitas ini sungguh sangat penting dilakukan. Manusia pada semua jenjang usia disarankan untuk tak pernah putus dari kegiatan menginput informasi ini selama masa hidupnya. Senada dengan membaca, menulis juga kemampuan yang semestinya jadi kegiatan rutin terutama insan-insan akademik. Barangkali membaca dan menulis adalah saudara kembar yang tak tahan dipisahkan lama-lama. Mereka harus berjalan bersisian dan saling mendukung satu sama lain.

Kedua kecintaan terhadap dua aktivitas literasi ini tak bisa begitu saja didapatkan. Harus ada upaya-upaya masif dan terstruktrur yang dilakukan agar seseorang menyenangi dua kegiatan positif yang digadang-gadang mampu mengubah dunia ini. Berkaitan dengan kenyataan seperti demikian, maka ikhtiar tanpa henti untuk mengkampanyekan suka membaca dan rajin menulis harus terus menerus digalakan. Pembiasaan supaya banyak orang kian suka menulis dan membaca yang dinilai strategis adalah melalui jalur pendidikan. Lembaga sekolah misalnya.

Setidaknya ada beberapa langkah konkret yang bisa dilakukan untuk menjadikan sekolah kondusif terhadap budaya baca-tulis. Hal-hal ini harus diperhatikan semua pihak yang berkepentingan menjadikan siswa di dalamnya memiliki perhatian lebih terhadap dua aktivitas yang memacu kerja otak ini.

Pertama, guru khusus mata pelajaran yang menuntut peran argumentasi dalam proses belajarnya (PAI, Bahasa Indonesia, PKN, Sejarah, dan lainnya) bekerja sama untuk memberi tugas berbasis tulisan. Misalnya saja masing-masing siswa dan ini cocok untuk jenjang SMP dan SMA diminta untuk membuat laman blog pribadi untuk memublikasikan tugas-tugas yang diberikan guru. Banyak sekali web penyedia blog pribadi yang tersebar di internet seperti Blogspot, Wordpress, Tumblr, Medium, dan lainnya. Kemudahan ini bisa dimanfaatkan untuk memaksimalkan kemampuan siswa dalam menulis yang tentunya juga mereka mau tidak mau akan melalui proses membaca terlebih dahulu. Konsekuensinya, guru yang bersangkutan pun harus memberikan contoh terlebih dahulu sebelum menginstruksikannya kepada siswa-siswa.

Kedua, sekolah menyediakan buku-buku menarik dan bergizi yang bisa dengan mudah diakses di perpustakaan. Jangan salahkan siswa jika mereka lebih tertarik menghabiskan waktu istirahat di kantin sekolah ketimbang di perpustakaan. Boleh jadi kecenderungan itu disebabkan membosankannya buku-buku koleksi perpustakaan yang jarang diperbaharui. Mungkin ini akan berimplikasi pada besarnya dana yang harus disiapkan sekolah untuk pengadaan buku. Namun, demi kebaikan siswa dan sekolah itu sendiri rasa-rasanya tidak salah. Atau opsi lain sekolah bisa mengajukan donasi buku pada gerakan-gerakan yang berfokus pada kegiatan membaca yang sekarang sangat menjamur di berbagai daerah.

Namun, karena sekarang masih dalam masa pandemi dan untuk menghindari kerumunan, guru dapat mengarahkan siswa untuk memanfaatkan fasilitas buku elektronik melalui aplikasi yang bisa diunduh di gawainya masing-masing. Aplikasi iPusnas, Candil (Maca Dina Digital Library) dari DISPUSIPDA Jawa Barat, iJakarta dari DISPUSIP DKI Jakarta, Eperpusdikbud dari Perpustakaan Kemdikbud, dan berbagai aplikasi perpustakaan digital dari berbagai pemerintah daerah lainnya menyediakan berbagai buku yang bisa dibaca secara gratis. Dapat juga untuk keperluan membaca koran seperti Pikiran Rakyat, dapat mengaksesnya setiap hari lewat Aplikasi MyPikiranRakyat atau bisa membacanya via website https://epaper.pikiran-rakyat.com.

Ketiga, untuk memotivasi siswa, guru harus rajin mengirim tulisan ke berbagai media, baik daring maupun cetak. Jika suatu saat tulisan yang dikirim itu dimuat, lalu ditunjukkan kepada siswa, secara otomatis mereka pun akan tergerak untuk menulis dan mencoba mengikuti jejak gurunya. Ini adalah mengajak dengan metode keteladanan. Sangat berpengaruh ketimbang hanya bertumpu pada ajakan yang sifatnya verbal saja.

Keempat, sekolah (bisa bekerja sama dengan OSIS) mengadakan acara rutin dengan konten penyemarakan budaya baca dan tulis. Misalnya dibuat pada momen Hari Pendidikan Nasional, Bulan Bahasa, Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI atau peringatan lain yang relevan dengan bidang literasi. Kegiatannya bisa diisi dengan lomba menulis cerpen, puisi, resensi buku, dan esai juga berbagai kompetisi menunjang lain seperti lomba pidato dan mendongeng. Aneka perlombaan ini saling berkaitan untuk mengkonstruksi perhatian siswa terhadap dunia membaca dan menulis. Ternyata keduanya sangat mengasyikan alih-alih membosankan.

Semua upaya ini tidak akan berhasil bila dilakukan tidak sepenuh hati dan konsisten. Oleh karena itu, semua pihak, termasuk orang tua di dalamnya harus turut serta mendukung ikhtiar untuk membuat siswa kembali pada jati dirinya sebagai seorang pembelajar yang dekat dengan proses pemahaman akan ilmu. Dan sebagaimana kita tahu, ilmu itu selain didapat dari penjelasan guru di kelas juga sumbernya adalah melalui proses membaca berbagai sumber, buku salah satunya serta kembali menyebarkan ilmu yang telah didapat melalui tulisan yang dihasilkan.

Muhammad Irfan Ilmy, Inisiator Komunitas Sayap Cita, dan host Teman Duduk Podcast.

Tulisan ini dimuat di Surat Pembaca Pikiran Rakyat edisi Kamis, 22September 2021. Ini merupakan versi lengkap tulisan yang saya kirim.

--

--

Muhammad Irfan Ilmy
Muhammad Irfan Ilmy

Written by Muhammad Irfan Ilmy

Menyukai nulis apa pun yang sedang dipikir dan dirasakan.

No responses yet